Kamis, 03 November 2011

"GENERASI LUPA SEJARAH"

            Tanggal 29 Oktober 2011, kolom opini di salah satu media cetak harian memuat tulisan dengan judul "Generasi Lupa Sejarah" yang ditulis oleh seorang Psikolog Sosial. Tulisan tersebut terdiri dari beberapa paragraf, tapi ada tiga paragraf yang merupakan pesan pokok dari maksud yang ditulis.Berawal dari sebuah siaran distasiun televisi, John Pantau yang adalah tokoh usil pernah mewawancarai beberapa anggota DPR di Senayan. Pertanyaan yang gampang sekali buat anak SD, tetapi tidak terjawab oleh anggota-anggota DPR sasaran John Pantau. Dilanjutkan dengan "Menyanyikan Lagu Indonesia Raya", mula-mula semangat, tetapi ditengah mereka lupa lagi. Mereka adalah anggota-anggota DPR yang dilahirkan era Reformasi.
             Peralihan dari era Orde Baru ke Reformasi telah melahirkan elite politik yang tampaknya tidak suka pada sejarah. Semua yang berbau Orde Baru ditinggalkan termasuk ajaran-ajarannya, UUD 1945 bahkan diamandemen sudah lebih dari sekali. Tidak mengherankan jika sampai ada anggota-anggota DPR tidak hafal Pancasila dan lagu Indonesia Raya. Mungkin buat mereka itu tidak penting.
             Namun, gejala Asejarah ini bukan khas Indonesia. Seluruh dunia sekarang ingin sesuatu yang baru. Semua mau baru, termasuk pemerintah Indonesia yang baru SBY-BOEDIONO sudah diTUNTUT untuk diganti lagi. Hanya gara-gara presiden kurang tegas, kurang cepat, dan dinilai salah menyusun kabinet baru, dia harus turun, walau dengan cara yang inkonstitusional.
            Baru itu yang seperti apa? Soeharto masih bisa menjaga kesinambungan dengan menyerahkan kekuasaan kepada Wapres BJ Habibie. SEKARANG? Boediono juga diminta turun dalam satu paket dengan SBY. Jadi Bagaimana? Jika pertanyaan ini disampaikan kepada yang sekarang ribut-ribut minta SBY-BOEDIONO mundur, jawabannya akan simpang siur, dengan kata lain TIDAK ADA JAWABAN. Tidak punya jawaban, tidak dipikir dulu, pokoknya asal baru. Setiap pergantian pejabat langsung ada ultimatum 100 hari, artinya kalau tidak bisa membereskan semua masalah dalam 100 hari, KAMU MUNDUR SAJA LAGI!
            Untukmu generasi sekarang (Beliau menulis bukan hanya generasi muda, melainkan juga semua yang hidup pada masa ini), yang cuma mau melihat kedepan dan tidak mau melihat sejarah, apakah SUMPAH PEMUDA masih punya makna untuk keabadian NKRI? Tanpa mengingat sejarah, bagaimana kita mempertahankan NKRI  dalam kasus ABEPURA atau NII atau sengketa perbatasan dengan Malaysia?



                                                    "TUNGGU NANI MENJAWABANNYA"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar